BAGIAN DUA Setelah menunggu sebentar hingga gairahku kembali menurun, Bram berbaring terlentang di ranjang lalu menyuruhku menindihnya. Aku arahkan lubang vaginaku di atas penis Bram yang mengacung tegak dan kemudian ketika kuturunkan tubuhku amblaslah penis itu memasuki liang vaginaku. Kedua tanganku dipegangi oleh Bram lalu dengan posisi duduk di atas tubuh pria itu aku segera menaikturunkan tubuhku sendiri, mengocok dan menggenjot penis Bram. Dengan posisi woman on top seperti ini sesungguhnya aku lebih bisa mengontrol irama permainan seks kami berdua. Merasa gagal dengan taktik tadi, kali ini kucoba cara lain. Aku langsung menggenjot dengan irama yang cepat dan liar diselingi dengan pinggulku yang bergoyang ' \?ngebor'\- . Penis Bram yang besar itu serasa menggaruk-garuk seluruh dinding vaginaku, membuat gairahku kembali naik dengan cepat. Secara demonstratif kulepas kemeja putih yang masih melekat di tubuhku itu dengan gaya yang erotis, dengan harapan Bram akan makin terangsang dan membiarkanku orgasme. Selang sekitar 10 menit kemudian, aku yang merasakan hendak mencapai orgasme segera memegang erat pinggang Bram tapi rupanya Bram lebih sigap. Diraihnya pinggangku lalu sambil memegangnya erat-erat Bram merengkuh tubuhku hingga merapat ke tubuhnya sendiri, lalu ia dengan cepat menggulingkan tubuhnya sehingga kini posisi berbalik. Kini posisi Bram ada di atas tubuhku, menindihku. Segera Bram mencabut penisnya dari liang vaginaku, sehingga lagi-lagi aku gagal meraih orgasme. Aku yang sudah sembilan kali gagal orgasme merasakan sekujur tubuhku panas dingin karena gairah yang tak terpuaskan. Nafsu birahi yang tak terpuaskan itu menumpuk dan pertahananku pun jebol. Aku menjerit lepas sambil menendang-nendang, lalu sesudahnya aku mengerang dan merintih lirih. ' \?Braaaamm'\ S'\ S'\ S..please' \ S'\ Skok kaya gini sih kejutannya' \ S?'\- rintihku. ' \?Belom , Sayang'\ S'\ S'\ S..ini baru pembukaan, he he he'\ S..'\- kata Bram sambil tersenyum. Aku hanya bisa terbelalak' \ S' \ Sastaga..!!! Yang begini ini namanya pembukaan?? Aku tak bisa membayangkan kejutan apa yang bakal kuterima malam ini darinya. ' \?Kepuasan gak bisa didapet gitu aja, Grace sayang'\ S..masih mau terus atau kamu udah nyerah?'\- '\?Gua mau, Bram'\ S'\ S' \ S.please'\ S'\ S'\ S'\ S'\ S'\ S.' \- kataku mengiba. Bram berbalik menuju ke lemari yang ada di pojok kamar, dari situ ia mengeluarkan sepasang borgol yang sudah dilapisi karet busa yang dibalut bahan beledu warna merah. Aku tersentak kaget dan mulai merasa takut meski berusaha tidak menunjukkannya. Apakah yang dimaksud Bram dengan kejutannya itu adalah permainan seks gaya BDSM (bondage-discipline-sado-masochist)? Setahuku Bram kurang atau bahkan tidak suka permainan seks seperti itu. Bram tidak membiarkan pikiranku menebak-nebak, karena ia langsung memakaikan borgol itu ke tangan kananku, kemudian borgol tersebut dipasangkan ke tiang ranjang di kananku. Sebaliknya hal yang sama dilakukan pada tangan kiriku. Bram melakukannya dengan cepat sehingga aku yang masih terpana tak sempat berpikiran untuk berontak. Karena ranjang itu berukuran king size, maka ukurannya pun lebar sehingga tanganku terentang dengan lebar dan erat, aku benar-benar kencang terborgol. ' \?Gimana , Grace sayang'\ S'\ S' \ S.udah siap terima kejutannya? He he he'\ S'\ S.'\- Bram tertawa mesum. ' \?Dasar'\ S'\ S.Mau apa sih elo, Bram? Please'\ S'\ S.'\- kataku dengan nada merayu. ' \?Grace cantiiiikkk'\ S'\ S'\ S' \ Skamu seksi deh kalo udah kaya gini, ha ha ha' \ S'\ S'\- '\?Ih'\ S.. geuleuh'\ S' \ S'\ S..ayo doooongg'\ S..!!'\- Bram menghampiriku, bisa kurasakan desah napasnya menerpa dadaku saat bibirnya mulai menciumi payudaraku bergantian, kemudian disusul ciuman, jilatan dan hisapannya mendarat di puncak bukitku, cukup lama dia menikmati putingku secara bergantian tanpa melepaskan remasannya. Tubuhnya kemudian menindihku, kami berciuman dengan penuh gairah, tak mau menunggu terlalu lama, ia menyapukan kejantanannya di bibir vaginaku, lalu ia mendorong penisnya masuk, begitu keras kurasakan menggesek dinding vaginaku yang sudah basah, aku mulai mendesis nikmat, kurasakan benar benar sekujur batang kejantanan itu tertanam di dalam lubang kewanitaanku. Dia mendiamkan sesaat sambil mengamati ekspresi wajahku, kubalas pandangannya, kami sama-sama terbakar birahi, dengan senyum yang menawan ditariknya penisnya perlahan dan didorongnya lagi, sungguh pelan dia melakukannya, sepertinya dia begitu menikmati jepitan dan gesekan di vaginaku, diperlakukannya aku dengan penuh perasaan, membuatku makin terhanyut dalam irama permainannya. Pelan, nikmat dan penuh perasaan, sungguh kurasakan baru kali ini aku diperlakukan sebagaimana layaknya wanita, bukan hanya pelacur pemuas nafsu. Perlakuannya itu justru makin membuatku melambung tinggi lebih cepat, genjotan Bram yang pelan dan lembut namun dengan penetrasi dalam itu terasa makin nikmat seiring dengan ciuman mesra di leher dan bibirku, sambil tak lupa menggarap payudaraku. Aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah, kulumat bibirnya yang ada di mulutku, dipeluknya tubuhku, kami menyatu dalam irama nafsu birahi. Irama permainannya sungguh membuatku makin terhanyut dalam nikmat birahi, tak terasa hanya dalam waktu sekitar 15 menit aku sudah hampir mencapai orgasme. Aku yang terlena oleh kenikmatan yang makin membuncah itu tak menyangka bahwa Bram akan mengulangi ritual yang dilakukannya sedari tadi: yaitu' \ S' \ S..berhenti!! Lagi-lagi ia menggagalkan orgasmeku dengan menghentikan genjotannya. Aku yang sudah tak tahan segera menggoyangkan pinggulku dan memanfaatkan otot-otot vaginaku untuk meremas penisnya, namun Bram yang tahu bahwa aku bisa orgasme dengan vaginaku yang ' \?memijat' \- penisnya, segera mencabut penisnya dari lubang kewanitaanku. Aku mengerang kecewa' \ S'\ S'\ S' \ S' \ S Setelah periode '\?pendinginan' \- selama beberapa menit, Bram kembali mempenetrasi vaginaku dengan penisnya. Kali ini ia menggenjot dengan genjotan yang cepat dan brutal, penetrasinya sepertinya sengaja dilakukan dengan dangkal, tidak terlalu dalam, membuatu makin penasaran. Bram juga mencumbuku dengan ganas mulai dari bibir, leher, lalu turun ke belahan payudaraku. Puting payudaraku yang seolah menunggu untuk digarap, dibiarkannya dahulu. Terang saja ini membuatku makin penasaran. Aku meronta-ronta, menggeliat-geliat dan menggelinjang-gelinjang dengan liar, namun semua itu tidak bisa leluasa karena kedua tanganku yang terentang terborgol. Sama seperti sebelumnya, saat aku hampir mencapai klimaks, Bram mencabut penisnya dari vaginaku. Sambil terus tersenyum ia menatap diriku yang menggelinjang liar karena hasratku belum terpuaskan juga dari tadi. Ronde berikutnya Bram kembali menggenjotku dengan ganas, genjotannya dilakukan dengan cepat, tapi kali ini penetrasinya begitu dalam sampai rasanya ujung penisnya mentok di bagian terdalam lubang kewanitaanku. Kedua payudaraku benar-benar ' \?disantap'\- , putingku bahkan digigit-gigit sambil dihisap sehingga timbul sensasi aneh yang belum pernah kurasakan sebelumnya, rasa sedikit sakit yang bercampur dengan kenikmatan yang makin memuncak. Lagi-lagi Bram menyiksaku dengan tiba-tiba menghentikan genjotannya saat aku hendak mencapai orgasme. "Aaaaaagghhh' \ S'\ S.nngghhh... mmmhhh.....Bbbrraaaaaaammmm'\ S' \ S'\ S.'\- aku merintih memohon sambil meronta-ronta liar, badanku menggelinjang tidak karuan. "Ooohhh.....Grace' \ S'\ S.Grace cantiiikkk'\ S'\ S'\ S.....I love your sex, Honey'\ S.!!" '\?Iiihhh'\ S'\ S.geuleuh' \ S'\ S' \ S..aaaaaaggghh..'\ S..'\- ' \?Hhhhh'\ S.hhh'\ S'\ Shhh' \ S..Graceku yang cantik'\ S'\ S.ini kejutannya, Sayang'\ S'\ S'\ S'\- Bram kembali memasukkan penisnya ke liang vaginaku. Ia kembali menggenjot dengan penuh nafsu, genjotannya bervariasi, terus berganti-ganti membuat nafsuku makin memuncak meski badanku sudah sangat lelah. Bram menciumi seluruh bagian tubuhku yang berada dalam jangkauan bibir dan lidahnya. Dipilinnya puting susuku dengan menggunakan giginya. Diseruputnya berulang-ulang putingku itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang buah dadaku, sehingga di sana-sini meninggalkan bekas-bekas merah yang kontras dengan warna putih kulit payudaraku. Kami berdua semakin terbakar gairah, saling menggenjot penuh nafsu, berlomba mengayunkan pinggul masing-masing. Genjotan Bram yang penuh nafsu kuimbangi dengan mengangkangkan selebar mungkin pahaku yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Bram dengan sedapat mungkin menyambut penis pria itu dengan vaginaku bila aku merasakan pinggul Bram bergerak ke arahku. Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan kami berdua diiringi decak becek dari vaginaku yang semakin basah karena birahi. Jujur saja dalam hati aku mengakui bahwa permainan Bram begitu hebat sampai-sampai terkadang aku tak sempat mengambil nafas. Bram terus menggenjot dengan berbagai variasi genjotannya, seolah ia tak mau berhenti. Eranganku yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Bram kelihatannya justru semakin membakar nafsunya. Ia kelihatan begitu menikmati saat memandangi diriku yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas disertai rintihan memohon untuk segera dipuaskan. Anehnya, meski di 12 ronde sebelumnya aku dalam waktu singkat (sekitar 15 ' \E 20 menit) bisa dengan mudah hampir mencapai puncak, kali ini sudah lebih dari 20 menit aku masih belum merasa akan mencapai puncak. Meski makin lemas, aku masih ingin terus berpacu dalam nafsu, rasanya gairahku makin memuncak tapi saat puncak itu masih jauh. Kami berdua menggiatkan permainan kami. Aku yang sudah sangat ingin dipuaskan oleh Bram terus merintih memohon-mohon. Aku semakin binal dan erotis, diriku sudah benar-benar diperbudak oleh gairah untuk mencapai klimaksku. Meski badanku sudah lelah aku berusaha untuk lebih binal dan erotis melayani Bram. Kugerak-gerakkan pinggulku secara erotis, geliatku makin sensual dan mengundang. Semua gaya erotis kuperlihatkan, kulingkarkan kedua kakiku ke tubuhnya lalu kurengkuh pinggulnya untuk menanamkan penisnya lebih dalam di vaginaku, aku menggeliat dan memutar pinggangku, Bram mendesah menikmati permainanku, jilatan dan hisapan di buah dadaku makin kencang, aku makin bergairah menggoyangnya. Kedua tangan Bram menggenggam erat kedua tanganku yang terentang, sehingga seolah tangan Bram seperti merentangkan tanganku. Aku merasa seperti seorang wanita yang diperkosa sekaligus diberi kenikmatan. Setelah menggenjot selama kira-kira 35 menit, sampailah Bram pada puncaknya. Penisnya berdenyut- denyut, spermanya tersembur deras. Spontan kurasakan nikmat yang amat sangat saat dinding kewanitaanku disemprot cairan hangat yang deras itu. Denyutan-denyutan penis Bram yang disertai semprotan-semprotan lembut yang hangat itu makin membuatku lepas kendali. Tubuhku menggelepar dan menggelinjang liar, disertai pekikan kenikmatan yang keluar dari mulutku, pekikan itu makin keras tatkala Bram yang dalam puncak orgasmenya masih sempat menghisap puting susuku. Otot otot vaginaku berdenyut keras, meremas dan menjepit penisnya, Bram menatapku seolah menikmati ekspresi wajahku yang dilanda orgasme begitu hebat. Tak kupedulikan tatapannya, meski sebenarnya malu tapi orgasmeku terlalu nikmat untuk ditahan, Bram hanya tersenyum melihat ekspresiku sambil tetap menghisap puting buah dadaku. Kugigit bibirku, kuremas tangannya seiring dengan denyutan dan semprotan nikmat di vaginaku, tubuhku yang menggelepar dan menggelinjang makin mengejang lalu perlahan lemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Bram tahu aku sudah mengalami orgasme yang sangat hebat, ia lalu mendekapku dan mencium keningku, oh betapa mesranya, tak pernah aku diperlakukan begitu mesra penuh perasaan oleh laki-laki yang menikmati tubuhku, lalu kami kembali berciuman bibir. Tanpa mencabut penisnya, Bram membelaiku mesra. Melihat ekspresi kelelahan di wajahku dia tersenyum. ' \?Gimana kejutannya, Grace? Suka, kan, Graceku yang cantik..'\ S.? '\- katanya menggoda. '\?Geuleuh'\ S'\ S'\ S..dasar'\ S' \ S'\ S'\ S'\- aku tersipu- sipu malu. '\?Kalau begini siapa memuaskan siapa'\ S'\ S'\ S'\ S..jadi siapa yang keenakan nih?'\- katanya bergurau sambil tersenyum. Aku tak menjawab hanya tersenyum meski dalam hati membenarkan ucapannya. ' \?Elo emang luar biasa Bram, KO gua'\ S'\ S. habis enak sih'\- kataku manja. Akhirnya Bram melepas tanganku yang terborgol dan kami berdua yang masih dalam keadaan telanjang berbaring bersisian, lalu tak lama kemudian kami tidur sambil berpelukan.