BAGIAN SATU Sesuai janjiku waktu siang harinya, aku menunggu Bram di sebuah kamar apartemen di pusat kota. Entah apa maksudnya, tapi siangnya Bram sempat berbisik padaku bahwa ia begitu kangen dan begairah ingin meniduriku sampai ia sudah merencanakan akan memberi kejutan padaku asal aku mau all out, habis- habisan melayaninya. Hmmm' \ S' \ S.itu takkan jadi masalah. Lha wong sehabis di-gangbang ataupun digilir 20 pria saja aku masih mampu melayaninya, apalagi kali ini aku masih ' \?fresh'\- , belum disantap siapa pun. Belum lama aku sampai, terdengar ketukan di pintu. Begitu kubuka pintu kamarku, tampaklah Bram berdiri di depan pintu. Entah mengapa meski sudah terhitung sering aku bermain seks dengannya, toh aku tak pernah bosan. Rasanya selalu ada yang istimewa yang bisa kudapatkan darinya. Mata Bram terlihat berbinar penuh nafsu, jelalatan menatap tubuhku. Sebenarnya aku sendiri kurang pe de dengan tubuhku. Dengan tinggi 165 cm memang dan berat hanya 48 kg, aku memang tergolong kurus. Payudaraku pun mungil, ukuran bra-ku cuma 32B. Tapi biar kecil, payudaraku yang lembut ini sangat kencang karena selalu kurawat dengan baik. Meski sudah disantap oleh entah berapa banyak pria, payudaraku masih menggairahkan. Aku sering menyiasati penampilanku agar terlihat seksi. Seperti hari itu, kukenakan celana kain hitam dan baju putih yang cukup longgar sehingga tidak bisa mempertunjukkan lekuk tubuhku, tapi karena bajunya cukup transparan maka payudara mungilku yang tidak memakai BH bisa terlihat cukup jelas. Aku memang mengenakan blazer di luarnya, tapi sekali-sekali kulepas kalau hanya berduaan saja dengan Bram, membuatnya makin penasaran. Aku tahu Bram sudah sedari siang bernafsu menggauliku, tapi karena kesibukan kami berdua, hasrat itu terpaksa kami tunda. Banyak pria yang sudah mencicipi tubuhku ini mengatakan aku itu sensual, bernafsu besar, dan kalau sudah ' \?on'\- bisa sangat liar dan ganas di ranjang. Kata mereka itu ada hubungannya dengan bulu-bulu halus yang cukup panjang tumbuh di kedua lenganku. Banyak yang bilang justru cewek kurus tapi lengannya berbulu seperti aku ini kalau berolah seks lebih dahsyat dari cewek normal. Apalagi aku ini ber-shio ular yang konon katanya punya kemampuan seksual yang luar biasa. Entah siapa yang memulai akhirnya kami berpelukan, mulanya dia mencium pipiku, kemudian bibirku dilumatnya, hatiku berdegup kencang ketika dia memainkan bibirku dengan bibirnya, lidah kami saling menyapu. Tangan Bram mengelus punggungku, kemudian menyusup di balik bajuku, gosokan tangannya di punggungku terasa hangat dan lembut, kubalas dengan usapan tanganku di selangkangannya, kurasakan ketegangan di balik celananya. Penisnya yang berukuran besar dan panjang itu terasa sudah menegang. Tangan Bram bergerak ke depan, mengelus buah dadaku yang masih terbungkus pakaian lengkap, belum ada remasan yang dilakukannya di buah dadaku, dengan gemetar kumulai meremas remas selangkangannya, semakin tegang dan keras, napasku sudah mulai turun naik merasakan gejolak birahi. Sebelum aku bertindak lebih jauh dia sudah membuka kancing bajuku tapi tidak melepasnya, tampaklah buah dadaku yang tidak memakai bra, meski mungil tapi padat menantang, aku bangga ketika dia memandanginya dengan sorot mata penuh nafsu. Tanpa menunggu lama ia pun membuka pakaiannya. Kuciumi dada dan kupermainkan putingnya dengan lidahku, dia mulai mendesis nikmat sambil mulai meremas remas buah dadaku, aku jadi lebih bergairah, bibir dan lidahku turun menyusuri perutnya sambil tanganku membuka celananya, kutarik turun celana panjangnya dan lalu kulepas pula celana dalamnya. Kubimbing Bram menuju ranjang, begitu ia duduk, segera kugarap penisnya yang besar dan panjang itu. Dari pengalamanku aku tahu Bram sangat menyukai oral seks yang murni, blow job hanya dengan mulut, tanpa bantuan kocokan tangan. Semakin sering aku melayaninya, semakin ahli aku rasanya. Mula-mula kujilati seluruh batang penisnya, lalu kuciumi, makin lama makin gemas. Setelah itu barulah kulayani Bram dengan gaya oral seks keahlianku yaitu deep throat. Kubuka mulutku lebar-lear, kumasukkan penisnya sampai mentok di pangkal tenggorokanku, memang tidak bisa terbenam semua karena penis itu panjangnya sekitar 25 cm. Setelah mentok, kukatupkan mulutku makin lama makin erat menjepit penisnya, lalu mulailah aku memaju-mundurkan kepalaku. Terus terang saja itu bukan hal yang mudah karena diamater penis itu sangat besar, sekitar 5 cm. Bibirku yang mengatup seolah memijit-mijit batang penisnya, membuatnya mengerang keenakan. Sesekali kusruput penisnya seperti mengisap es mambo. Biarpun aku sudah ahli melakukan deep throat ini dan berbagai variasinya, aku tetap kewalahan karena diamater penis Bram yang besar itu cepat membuat mulutku pegal. Setelah kira-kira setengah jam mengkaraoke penisnya, Bram memberi isyarat agar aku menyudahi oral seks ini. Lalu aku berdiri di depannya, kulepas celanaku, hingga tinggal kemeja putih yang meski kancingnya sudah terbuka semua, masih belum kulepas juga, biar menjadi rangsangan dan sensasi tersendiri. Bam menarik tubuhku dalam dekapannya, dan kembali dilumatnya bibirku sambil meremas remas gemas kedua buah dadaku, aku membalas dengan mengocok kejantanannya yang keras menegang, aku mendesis ketika wajahnya dibenamkan di antara kedua bukit di dadaku, putingku langsung mendapat kuluman penuh gairah, tubuhku menggeliat, tanpa kusadari tangan kiriku mempermainkan klitorisku sendiri sambil tetap mengocok kejantanannya dengan tangan kanan, kurasakan vaginaku sudah mulai basah menerima cumbuannya, aku benar benar sudah terbakar nafsu birahi. Tiba tiba Bram menghentikan cumbuannya, dia lalu menuntunku menuju ranjang, tubuhku direbahkannya di atas ranjang. Bram memegang kedua pahaku lalu dibentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu ia mulai menggarap vaginaku. Pertama-tama ia menciumi vaginaku, lalu sedikit demi sedikit mulutnya menyeruak masuk ke bagian dalam. Lidahnya mencari-cari klitorisku lalu dijilat dan dikulumnya dengan penuh nafsu. Aku hanya bisa menjerit penuh damba ketika Bram meningkatkan volume serangannya. Lalu ia juga menggigit-gigit klitorisku, sehingga tak ayal lagi aku makin menggelinjang. Ketika nafsuku sudah semakin memuncak, nafasku makin memburu dan aku mendekati orgasme, tiba-tiba Bram menghentikan aksinya. Hal ini membuatku mengerang, aku tak dapat menutupi kekecewaanku yang gagal mencapai orgasme. Bram diam sejenak, matanya terus jelalatan menikmati tubuhku yang menggelepar karena yang seharusnya menjadi orgasme pertamaku hari itu, ditunda oleh Bram. Saat nafasku sudah mulai teratur dan gairahku kelihatan agak ' \?mendingin'\- , Bram memulai lagi aksinya. Kali ini ia langsung menjilati dan mengulum klitorisku itu dengan rakus dan ganas, membuat nafsu birahiku langsung naik lagi. Tapi lagi- lagi saat aku hendak mencapai orgasme, Bram menghentikan aksinya kembali. Karuan saja aku menggelepar dan mengerang kecewa, rupanya Bram sedang menyiksaku dengan mempermainkan nafsu birahiku. Kucoba merengkuh kepala Bram ke selangkanganku tapi Bram tak bergeming. Hal ini terus berlangsung hingga 3 kali lagi hingga tak terasa sudah hampir satu jam mulut Bram menggarap vaginaku. Badanku menggelepar, nafasku terengah-engah karena selama setengah jam itu aku sengaja dibuat gagal orgasme sampai lima kali. Bram lalu bangkit berdiri dan duduk di tepi ranjang. Ia memberi isyarat agar aku menghampirinya. Kuhampiri dia lalu dengan posisi menghadapnya, aku menaikkan tubuhku ke pangkuannya dan menekan tubuhnya ke arah penisnya hingga benda itu amblas ke dalam vaginaku. Vaginaku yang sudah basah karena terangsang tidak serta merta membuat penis itu mudah memasuki vaginaku begitu saja, karena ukuran penis Bram yang luar biasa besar sedangkan lubang vaginaku masih sempit. Untuk hal yang satu ini aku boleh bangga, sebab meski sudah tak terhitung banyaknya aku bermain seks, vaginaku masih kencang dan lubangnya masih sempit. Ini semua karena aku rajin merawat lubang kewanitaanku itu. Bram mulai menggeliatkan pinggulnya, kusambut dengan segera menaikturunkan tubuhku sambil kedua tanganku berpegangan pada pundaknya. Gairahku kembali bangkit, mataku merem-melek, pinggulku ikut meliuk-liuk menahan genjotan penis di bawahku, kedua payudara mungilku yang berayun- ayun dijilati dan putingnya dikulum Bram. Sensasi kenikmatan yang makin meningkat itu membuatku dalam waktu singkat menjadi tidak terkendali, gerakan genjotanku mulai liar dan iramanya makin cepat. Ketika aku hendak mencapai orgasme, lagi- lagi Bram menghentikannya. Ia meraih pinggangku dan mengangkatnya hingga penisnya tercabut dari vaginaku. Tak peduli dengan jerit kecewa yang keluar dari mulutku, Bram mengangkat tubuhku yang lalu dihempaskan ke ranjang hingga tertelungkup. Badanku mengelepar kembali merasakan gagalnya orgasme yang hampir kuraih, kedua tanganku mencengkeram seprei erat-erat. Ketika gairahku mulai ' \?mendingin'\- lagi, Bram mengangkat pinggangku, rupanya ia ingin doggy style. Vaginaku dimasuki lagi oleh penis Bram, kali ini dari arah belakang. Kini yang kurasakan hanyalah nafsuku yang kembali memuncak, aku mengimbangi gerakan pria itu dengan goyangan pinggulku maju-mundur sambil sesekali goyang pinggul memutar-kiri-kanan. Selang beberapa menit, kocokan Bram makin cepat seirama dengan goyangan pinggulku, kami saling berpacu dengan penuh gairah. Tangan Bram terus mengelus dan meremas-remas buah dadaku yang menggantung dan bergoyang bebas. Selang beberapa menit tiba tiba Bram menyodokkan penisnya dengan 2-3 kali sodokan keras, terasa olehku penis Bram menghantam dinding rahimku. Karena kukira kali ini Bram akan mengijinkanku mencapai orgasme, kubalas sodokan kerasnya itu dengan goyangan pinggul yang kian menggila, namun seperti yang sudah-sudah, Bram menggagalkan orgasmeku lagi. Saat aku sedikit lagi mencapai orgasme, Bram mencabut penisnya dari vaginaku itu dan aku didorong sampai terhempas ke ranjang. Erangan kecewa kembali keluar dari mulutku. Badanku kembali menggelepar, kakiku menendang liar sementara seprei ranjang makin kusut karena ditarik dan dicengkeram begitu kerasnya oleh kedua tanganku. Seperti tadi, Bram menunggu hingga birahiku lagi-lagi ' \?mendingin'\- lalu ia kembali duduk di tepi ranjang. Aku dimintanya naik ke pangkuannya lagi, tapi kali ini dengan posisi membelakanginya. Meskipun aku sadar bahwa siksaan birahi dari Bram belum akan usai, aku turuti saja maunya karena aku sudah berjanji akan all out melayani pria itu. Perlahan kuturunkan tubuhku dan kuarahkan lubang vaginaku ke atas penisnya, dengan sekali hempas melesaklah penis Bram ke vaginaku. Aku diam sesaat menikmati kenyamanan penis besar itu di vaginaku, tapi Bram dengan tidak sabar segera menggoyang pinggulnya, sambil melakukan remasan-remasan penuh nafsu di buah dadaku, membuatku menggeliat dan mulai menggoyangkan pinggulku juga. Penis Bram yang besar dan panjang itu serasa mengaduk aduk vaginaku. Kali ini aku mencoba taktik lain. Aku menggenjot dengan irama yang perlahan, mengharap kali ini Bram akan ' \?kalah'\- dan membiarkanku orgasme. Aku juga berusaha untuk menggenjot dan menggoyang pinggulku dengan irama yang tetap dan stabil, aku berharap bisa menutupi gairahku yang semakin naik, namun ciuman dan cumbuan Bram di tengkuk, leher dan telingaku begitu menghanyutkan sehingga usahaku untuk menutupi gairahku yang semakin memuncak boleh dikatakan tidak berhasil. Meskipun sudah berusaha untuk tetap terkenadli, genjotan dan goyangan pinggulku lama kelamaan semakin menjadi liar tak terkendali, tanda- tanda menuju puncak kenikmatanku dengan mudahnya terbaca oleh Bram, sehingga lagi-lagi ketika aku hendak mencapai puncak kenikmatan, Bram menggagalkannya. Ia memegang erat pinggangku dan mengangkat diriku sehingga lepaslah penisnya dari jepitan erat vaginaku. Aku meronta sambil menjerit kesal, namun Bram hanya tersenyum.